Selama tidak berlebihan, wajar kok anak melanggar disiplin. Kendati begitu, orang tua tetap wajib mengarahkannya kembali.
Terus terang saja, bagi banyak orang tua, Lebaran menyimpan kekhawatiran tersendiri. Soalnya, bakal banyak pelanggaran disiplin yang dilakukan anak-anak di tengah perayaan hari raya tersebut. Di antaranya sikap yang cenderung menghambur-hamburkan uang, makan makanan yang dipantang, dan main tak kenal tempat dan waktu. Kekhawatiran ini bisa dimaklumi karena membenahi soal disiplin di kemudian hari bukan perkara mudah.
Fanny, Psi., dari Essa Consulting Group, menegaskan ada beberapa faktor yang memunculkan pelanggaran-pelanggaran tersebut. Salah satunya adalah karena suasana Lebaran memang spesial dibanding hari-hari lainnya. Belum lagi pertemuan dengan saudara-saudara dekat yang mungkin sudah cukup lama tak pernah jumpa. Pertemuan inilah yang memberi peluang pada anak untuk meniru sikap dan perilaku kurang baik dari kerabatnya.
Fanny mengingatkan adanya beberapa hal yang perlu diperhatikan kala anak melanggar disiplin. Salah satunya perbedaan nilai dan aturan yang dianut masing-masing keluarga. Contohnya, ada keluarga yang mengharuskan penggunaan sendok dan garpu saat makan, sedangkan keluarga lainnya menganggap penggunaan tangan lebih nyaman. Itulah mengapa orang tua harus memandang perbedaan aturan secara bijak.
Namun menurut Fanny, orang tua tak perlu kelewat khawatir bahwa pelanggaran semacam ini akan bersifat menetap. Apalagi di usia prasekolah, anak masih begitu mudah menyerap dan meniru semua sikap dan perilaku temannya. Hanya saja proses peniruan ini umumnya tidak bertahan lama asalkan orang tua tetap konsisten pada pola aturan yang diterapkan di rumah.
ANEKA BENTUK PELANGGARAN
* Mengonsumsi makanan yang dipantang
Lebaran identik dengan tersajinya aneka makanan lezat dan minuman penggugah selera. Belum lagi penataannya yang memang terkesan istimewa. Masalahnya, ada anak yang karena mengidap alergi atau suatu penyakit diharuskan berpantang terhadap makanan tertentu. Namun, kurang bijak rasanya bila orang tua menerapkan aturan secara kaku selagi semua orang bersenang-senang merayakan hari istimewa ini. Anak pun berhak menemukan kesenangan, termasuk menyantap makanan lezat. Nah, agar tak merusak suasana sementara kondisi anak juga tidak terganggu, orang tua perlu mengambil jalan tengah untuk menyiasatinya.
- Jangan biarkan anak mencicipi semua makanan sesukanya sampai kekenyangan.
- Batasi dengan mengambilkan porsi makanan sesuai "ukuran" perut anak.
- Untuk cake, cukup ambilkan seiris kecil saja. Begitu juga dengan minuman, terutama jenis yang bersoda. Berikan dalam gelas kecil saja.
- Khusus untuk anak yang menderita penyakit serius dan diwajibkan pantang makanan tertentu, sebaiknya orang tua membawakan makanan tersendiri dari rumah. Agar anak tak merasa aneh, usahakan tampilan makanannya mirip dengan makanan yang disajikan.
- Terhadap anak-anak khusus seperti ini, orang tua tetap mesti memberi penjelasan. "Kamu kan diabetes, makanya kamu enggak boleh makan kue-kue manis terlalu banyak," misalnya.
* Boros dan jajan sembarangan
Bagi anak, Lebaran jadi lebih terasa istimewa karena di hari ini mereka umumnya panen alias mendapat banyak salam tempel dari orang-orang yang dituakan. Mendapat uang secara instan dalam jumlah yang cukup besar biasanya membuat anak jadi cenderung boros. Apalagi anak tahu itu bukan uang saku dan ia merasa berhak penuh untuk berbelanja sesukanya.
- Rem perilaku borosnya. Sampaikan bahwa meski berhak menikmati uang jajan lebih dari biasanya, tidak berarti ia boleh menghabiskan uangnya saat itu juga.
- Ingatkan anak untuk tetap menggunakan skala prioritas kebutuhan untuk menentukan mana jajanan dan mainan yang memang layak dibeli dan mana pula yang tidak.
- Mintalah anak untuk menyisihkan sebagian uang amplopnya untuk ditabung. Mau tidak mau orang tua harus langsung turun tangan. Namun agar anak tidak merasa uangnya dirampas, orang tua pun mesti konsisten dengan janjinya untuk menyimpankan sebagian uang tersebut. Jadi, ya jangan dipakai untuk selain kebutuhan anak.
- Tetap arahkan anak untuk tidak jajan sembarangan dengan selalu mengutamakan jajanan yang benar-benar bersih dan menyehatkan.
* Mendadak nakal dan agresif
Hampir setiap keluarga punya kebiasaan untuk mengunjungi sosok yang dituakan. Tak heran kalau ajang silaturahmi tersebut berubah jadi pesta reuni keluarga besar, termasuk mereka yang tinggal di luar kota.
Berkumpulnya anak-anak sebaya dari berbagai latar belakang keluarga dan daerah tempat tinggal ini tak jarang menimbulkan masalah tersendiri. Yang pasti sangat mungkin terjadi peniruan sifat oleh anak yang satu terhadap anak lainnya. Termasuk beberapa kebiasaan baru yang boleh jadi tidak berkenan bagi keluarga inti si anak. Semisal kebiasaan ngomong jorok, bicara dengan nada keras, dan agresif.
- Apa pun penyebabnya, orang tua tetap harus mengarahkan anak bertutur santun dan sopan.
- Jangan pernah menunda untuk menegurnya. Lakukan saat itu juga, saat si prasekolah kedapatan berkata kasar atau jorok.
- Hal yang sama juga berlaku bila anak mendadak menunjukkan beberapa sikap dan perilaku negatif gara-gara meniru sepupunya.
- Jangan kaget bila usai Lebaran anak jadi lebih aktif daripada biasanya. Bukan tidak mungkin, anak jadi senang melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukannya, seperti berjingkrak-jingkrak di atas kursi, lompat dari atas pohon, berguling-guling di taman, atau saling melempar makanan dengan saudaranya.
- Selama perilaku ini dianggap tidak mengganggu dan membahayakan, biarkan saja. Namun kalau sudah kelewatan, kebiasaan ini mesti langsung diluruskan. Tentu dengan mengatakan alasan logis. Contohnya, "Kamu enggak boleh teriak-teriak karena nenek sedang tidur."
- Selain itu, sediakan tempat alternatif bermain agar anak tidak kecewa dan tetap bisa menyalurkan energinya lewat bermain.
* Terlalu lama nonton teve
Yang juga kerap terjadi, pembatasan jam nonton teve jadi terabaikan. Kalau di rumah di hari-hari biasa anak hanya dibolehkan nonton 1-2 jam sehari, kini di hari Lebaran bisa-bisa anak melotot di depan layar kaca selama berjam-jam, bahkan tak jarang sampai larut malam bersama para sepupunya. Belum lagi batasan mengenai objek yang boleh ditonton maupun tidak. Tentu saja aturan yang sudah baik harus kembali dipatuhi.
- Bersikaplah lebih longgar. Biarkan sesekali anak nonton lebih lama dari biasanya. Namun, tetap perhatikan jam tidur dan jam makannya agar jangan sampai terlewat yang bisa memicu anak jadi rewel atau malah jatuh sakit.
- Bersikap longgar di hari raya tidak berarti membebaskan anak nonton tayangan apa saja yang bukan diperuntukkan bagi anak seusianya. Artinya, orang tua tetap melakukan seleksi acara ataupun film yang akan ditonton anak.
- Supaya anak tidak terus-menerus memelototi teve, carikan alternatif kegiatan yang bisa mengasah kecakapan fisiknya, seperti bermain bola, lompat tali, petak umpet dan sebagainya.
* Tidur larut malam
Salah satu kebiasaan yang paling sering dilanggar adalah jam tidur yang mundur jadi semakin larut. Banyaknya anak sebaya pasti membuat betah bermain lama-lama.
- Agar jam tidur anak tidak terganggu, orang tua mesti pandai-pandai bernegosiasi kapan anak harus tidur.
- Meski sah-sah saja memberi kelonggaran kepada anak, tapi jangan biarkan ia tidur terlalu larut. Terlambat tidur bisa mengganggu aktivitas keesokan harinya. Kelonggaran cukup diberikan 1-2 jam dari jadwal biasanya.
- Perhatikan juga kondisi fisik si prasekolah. Jika terlihat lelah dan mengantuk, meski ada kelonggaran, tak ada salahnya orang tua meminta anak untuk segera tidur.
- Negosiasi ini juga mesti melibatkan dan dipatuhi semua anak seusianya. Jangan sampai kesepakatan tersebut jadi sia-sia. Soalnya, kecil kemungkinan si prasekolah bisa tidur jika anak-anak lainnya tetap asyik bermain.
(tabloid-anak)
Terus terang saja, bagi banyak orang tua, Lebaran menyimpan kekhawatiran tersendiri. Soalnya, bakal banyak pelanggaran disiplin yang dilakukan anak-anak di tengah perayaan hari raya tersebut. Di antaranya sikap yang cenderung menghambur-hamburkan uang, makan makanan yang dipantang, dan main tak kenal tempat dan waktu. Kekhawatiran ini bisa dimaklumi karena membenahi soal disiplin di kemudian hari bukan perkara mudah.
Fanny, Psi., dari Essa Consulting Group, menegaskan ada beberapa faktor yang memunculkan pelanggaran-pelanggaran tersebut. Salah satunya adalah karena suasana Lebaran memang spesial dibanding hari-hari lainnya. Belum lagi pertemuan dengan saudara-saudara dekat yang mungkin sudah cukup lama tak pernah jumpa. Pertemuan inilah yang memberi peluang pada anak untuk meniru sikap dan perilaku kurang baik dari kerabatnya.
Fanny mengingatkan adanya beberapa hal yang perlu diperhatikan kala anak melanggar disiplin. Salah satunya perbedaan nilai dan aturan yang dianut masing-masing keluarga. Contohnya, ada keluarga yang mengharuskan penggunaan sendok dan garpu saat makan, sedangkan keluarga lainnya menganggap penggunaan tangan lebih nyaman. Itulah mengapa orang tua harus memandang perbedaan aturan secara bijak.
Namun menurut Fanny, orang tua tak perlu kelewat khawatir bahwa pelanggaran semacam ini akan bersifat menetap. Apalagi di usia prasekolah, anak masih begitu mudah menyerap dan meniru semua sikap dan perilaku temannya. Hanya saja proses peniruan ini umumnya tidak bertahan lama asalkan orang tua tetap konsisten pada pola aturan yang diterapkan di rumah.
ANEKA BENTUK PELANGGARAN
* Mengonsumsi makanan yang dipantang
Lebaran identik dengan tersajinya aneka makanan lezat dan minuman penggugah selera. Belum lagi penataannya yang memang terkesan istimewa. Masalahnya, ada anak yang karena mengidap alergi atau suatu penyakit diharuskan berpantang terhadap makanan tertentu. Namun, kurang bijak rasanya bila orang tua menerapkan aturan secara kaku selagi semua orang bersenang-senang merayakan hari istimewa ini. Anak pun berhak menemukan kesenangan, termasuk menyantap makanan lezat. Nah, agar tak merusak suasana sementara kondisi anak juga tidak terganggu, orang tua perlu mengambil jalan tengah untuk menyiasatinya.
- Jangan biarkan anak mencicipi semua makanan sesukanya sampai kekenyangan.
- Batasi dengan mengambilkan porsi makanan sesuai "ukuran" perut anak.
- Untuk cake, cukup ambilkan seiris kecil saja. Begitu juga dengan minuman, terutama jenis yang bersoda. Berikan dalam gelas kecil saja.
- Khusus untuk anak yang menderita penyakit serius dan diwajibkan pantang makanan tertentu, sebaiknya orang tua membawakan makanan tersendiri dari rumah. Agar anak tak merasa aneh, usahakan tampilan makanannya mirip dengan makanan yang disajikan.
- Terhadap anak-anak khusus seperti ini, orang tua tetap mesti memberi penjelasan. "Kamu kan diabetes, makanya kamu enggak boleh makan kue-kue manis terlalu banyak," misalnya.
* Boros dan jajan sembarangan
Bagi anak, Lebaran jadi lebih terasa istimewa karena di hari ini mereka umumnya panen alias mendapat banyak salam tempel dari orang-orang yang dituakan. Mendapat uang secara instan dalam jumlah yang cukup besar biasanya membuat anak jadi cenderung boros. Apalagi anak tahu itu bukan uang saku dan ia merasa berhak penuh untuk berbelanja sesukanya.
- Rem perilaku borosnya. Sampaikan bahwa meski berhak menikmati uang jajan lebih dari biasanya, tidak berarti ia boleh menghabiskan uangnya saat itu juga.
- Ingatkan anak untuk tetap menggunakan skala prioritas kebutuhan untuk menentukan mana jajanan dan mainan yang memang layak dibeli dan mana pula yang tidak.
- Mintalah anak untuk menyisihkan sebagian uang amplopnya untuk ditabung. Mau tidak mau orang tua harus langsung turun tangan. Namun agar anak tidak merasa uangnya dirampas, orang tua pun mesti konsisten dengan janjinya untuk menyimpankan sebagian uang tersebut. Jadi, ya jangan dipakai untuk selain kebutuhan anak.
- Tetap arahkan anak untuk tidak jajan sembarangan dengan selalu mengutamakan jajanan yang benar-benar bersih dan menyehatkan.
* Mendadak nakal dan agresif
Hampir setiap keluarga punya kebiasaan untuk mengunjungi sosok yang dituakan. Tak heran kalau ajang silaturahmi tersebut berubah jadi pesta reuni keluarga besar, termasuk mereka yang tinggal di luar kota.
Berkumpulnya anak-anak sebaya dari berbagai latar belakang keluarga dan daerah tempat tinggal ini tak jarang menimbulkan masalah tersendiri. Yang pasti sangat mungkin terjadi peniruan sifat oleh anak yang satu terhadap anak lainnya. Termasuk beberapa kebiasaan baru yang boleh jadi tidak berkenan bagi keluarga inti si anak. Semisal kebiasaan ngomong jorok, bicara dengan nada keras, dan agresif.
- Apa pun penyebabnya, orang tua tetap harus mengarahkan anak bertutur santun dan sopan.
- Jangan pernah menunda untuk menegurnya. Lakukan saat itu juga, saat si prasekolah kedapatan berkata kasar atau jorok.
- Hal yang sama juga berlaku bila anak mendadak menunjukkan beberapa sikap dan perilaku negatif gara-gara meniru sepupunya.
- Jangan kaget bila usai Lebaran anak jadi lebih aktif daripada biasanya. Bukan tidak mungkin, anak jadi senang melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukannya, seperti berjingkrak-jingkrak di atas kursi, lompat dari atas pohon, berguling-guling di taman, atau saling melempar makanan dengan saudaranya.
- Selama perilaku ini dianggap tidak mengganggu dan membahayakan, biarkan saja. Namun kalau sudah kelewatan, kebiasaan ini mesti langsung diluruskan. Tentu dengan mengatakan alasan logis. Contohnya, "Kamu enggak boleh teriak-teriak karena nenek sedang tidur."
- Selain itu, sediakan tempat alternatif bermain agar anak tidak kecewa dan tetap bisa menyalurkan energinya lewat bermain.
* Terlalu lama nonton teve
Yang juga kerap terjadi, pembatasan jam nonton teve jadi terabaikan. Kalau di rumah di hari-hari biasa anak hanya dibolehkan nonton 1-2 jam sehari, kini di hari Lebaran bisa-bisa anak melotot di depan layar kaca selama berjam-jam, bahkan tak jarang sampai larut malam bersama para sepupunya. Belum lagi batasan mengenai objek yang boleh ditonton maupun tidak. Tentu saja aturan yang sudah baik harus kembali dipatuhi.
- Bersikaplah lebih longgar. Biarkan sesekali anak nonton lebih lama dari biasanya. Namun, tetap perhatikan jam tidur dan jam makannya agar jangan sampai terlewat yang bisa memicu anak jadi rewel atau malah jatuh sakit.
- Bersikap longgar di hari raya tidak berarti membebaskan anak nonton tayangan apa saja yang bukan diperuntukkan bagi anak seusianya. Artinya, orang tua tetap melakukan seleksi acara ataupun film yang akan ditonton anak.
- Supaya anak tidak terus-menerus memelototi teve, carikan alternatif kegiatan yang bisa mengasah kecakapan fisiknya, seperti bermain bola, lompat tali, petak umpet dan sebagainya.
* Tidur larut malam
Salah satu kebiasaan yang paling sering dilanggar adalah jam tidur yang mundur jadi semakin larut. Banyaknya anak sebaya pasti membuat betah bermain lama-lama.
- Agar jam tidur anak tidak terganggu, orang tua mesti pandai-pandai bernegosiasi kapan anak harus tidur.
- Meski sah-sah saja memberi kelonggaran kepada anak, tapi jangan biarkan ia tidur terlalu larut. Terlambat tidur bisa mengganggu aktivitas keesokan harinya. Kelonggaran cukup diberikan 1-2 jam dari jadwal biasanya.
- Perhatikan juga kondisi fisik si prasekolah. Jika terlihat lelah dan mengantuk, meski ada kelonggaran, tak ada salahnya orang tua meminta anak untuk segera tidur.
- Negosiasi ini juga mesti melibatkan dan dipatuhi semua anak seusianya. Jangan sampai kesepakatan tersebut jadi sia-sia. Soalnya, kecil kemungkinan si prasekolah bisa tidur jika anak-anak lainnya tetap asyik bermain.
(tabloid-anak)
Post a Comment for "Adakah waktu bagi anak untuk melanggar disiplin ?"