Mengintip perkembangan kognitif anak

Ingin anak cerdas? Kenali tahapan perkembangan kognitifnya!

Seperti diketahui, tiap anak memiliki tugas-tugas perkembangan. Salah satunya, perkembangan kognitif. Tentu saja, tugas-tugas perkembangan ini berbeda-beda pada tiap tahapan usia. Dalam hal perkembangan kognitif, anak usia prasekolah (3-5 tahun) berada dalam masa praoperasional. Oleh Piaget, pakar psikologi perkembangan kognitif, masa ini dimulai dari usia 2 tahun sampai 7 tahun.

Sebagai orangtua, sudah selayaknyalah kita mengetahui tahapan perkembangan kognitif ini. Tak lain agar kita dapat memberikan stimulasi secara tepat untuk mengasah kemam-puan kognitif si buah hati di usia ini, sehingga dapat berkembang optimal. Nah, seperti apa kemampuan kognitif si prasekolah, mari kita simak bersama penjelasan dari Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si., pengasuh rubrik Tanya Jawab Psikologi di tabloid ini.

TAHAPAN SIMBOLIK

Di masa praoperasional ini, kemampuan kognitif si prasekolah berada pada tahapan simbolik, yakni kemampuan menggunakan simbol. Salah satunya adalah bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Contoh, kata "kursi" bisa mewakili keterangan benda yang dapat diduduki atau benda yang mempunyai empat kaki dan ada sandarannya. Jadi, kita bisa memberikan stimulus dan masukan mengenai bahasa kepada si prasekolah, karena saat ini kekuatan menyerap segala sesuatu tentang bahasa ada pada diri anak.

Selain melalui bahasa, kemampuan simbolik pada masa ini bisa juga diwujudkan melalui gambar. Contoh, si kecil menggambar sebuah persegi empat yang tidak beraturan, lalu dia mengatakan, "Ini gambar rumah. Bagus ya", atau "Sekarang aku gambar ikan," walaupun yang tertuang dalam kertas hanyalah sebuah garis melengkung bersambung, misalnya.

Yang penting diperhatikan, masukan atau stimulus yang diberikan haruslah berbentuk konkret; bisa dilihat, dipegang, dilakukan, dan dialami secara langsung. Percuma saja mengajarkan sesuatu atau memberi tahu hal yang abstrak karena anak tidak akan bisa mencerna-nya. Contoh, saat menginformasikan perbedaan van dan sedan, ajak anak masuk ke dalam dua jenis mobil tersebut bergantian. "Kalau sedan kecil, kursinya sedikit. Kalau van lega dan banyak kursinya," umpamanya.

BERMAIN KHAYAL

Kemampuan menggunakan simbol juga terlihat pada permainan simbolik yang dilakukan anak-anak usia ini, yaitu bermain khayal. Melalui permainan ini, anak bisa menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Contoh, disket yang kita kenal untuk menyimpan data dari CPU komputer, oleh si prasekolah bisa saja dianggap UFO. Anak juga bisa memberikan atribut tertentu pada suatu objek, misalnya boneka bisa menangis seperti manusia.

Kondisi ini merupakan kemajuan yang sangat pesat dalam kemampuan berpikir anak. Malah menurut penelitian para ahli, dengan bermain simbolik, anak akan lebih cepat dan kaya perkembangan bahasanya, baik dalam hal semantik (makna kata dan kalimat) maupun kosakatanya.

Selain itu, di masa praoperasional, si prasekolah juga sudah bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati suatu model tingkah laku. Jadi, anak sudah mampu melakukan sebuah peniruan tingkah laku yang pernah dilihatnya di waktu lampau. Karena itu pengalaman-pengalaman tersebut ia tampilkan dalam kegiatan bermain khayal, dimana anak berpura-pura menjadi tokoh tertentu dan melakukan apa yang biasanya dikerjakan oleh tokoh itu.

Pada tahap ini pula anak mampu menjalankan dua peran sekaligus yang memisahkan antara dunia "pura-pura" dengan dunia nyata. Sebagai contoh, pada saat bermain khayal seorang anak mendapat peran sebagai orang sakit yang tidak dapat berjalan. Tiba-tiba dalam situasi bermain ia berjalan-jalan. Saat temannya menegur, "Eh, kamu kan orang sakit yang tidak bisa jalan", maka si anak akan langsung menjawab bahwa dirinya bukan orang sakit.

MAMPU MENGELOMPOKKAN

Kemampuan lainnya adalah mengelompokkan, entah benda, warna, bentuk, maupun ukuran. Manfaatnya, anak terlatih untuk bisa berpikir secara logis. Jadi, baik sekali bila kita bisa menciptakan permainan yang dapat mengasah kemampuan kognitif dalam hal pengelompokan ini. Umpama, mengajak anak mengumpulkan mainan yang dimilikinya berdasarkan persamaan warna, atau mengumpulkan benda-benda yang ada di rumah berdasarkan ukuran tertentu.

Bila hal ini sering kita lakukan pada anak, maka semakin lama anak semakin mampu melakukan pengelompokan ke tingkat yang lebih tinggi, semisal mengelompokkan atas dasar dua hingga tiga dimensi.

Tentu saja, pada awalnya anak belum bisa memusatkan perhatian pada benda dua dimensi yang berbeda secara serempak. Dalam hal menyusun benda-benda berdasarkan urutan sesuai ukuran, misal, di masa praoperasional ini anak baru bisa merangkaikan dua benda, seperti tongkat A lebih pendek dari tongkat B. Tapi jika disuruh menyusun tongkat dari yang paling pendek sampai yang paling panjang, maka ia belum mampu melakukannya. Hal ini disebabkan anak baru bisa memusatkan satu hubungan pada satu saat dan belum bisa melihat keseluruhan.

Contoh lain, dalam perco-baannya, Piaget memperlihatkan pada anak-anak usia prasekolah, 20 kuncup kembang terbuat dari kertas; 18 kuncup berwarna cokelat dan sisanya berwarna putih. Saat ditanya mana yang paling banyak, apakah kuncup kembang berwarna cokelat ataukah kuncup kembang yang terbuat dari kertas, anak-anak itu menjawab yang paling banyak adalah kuncup kembang berwarna cokelat.

MENGURUTKAN SESUATU

Perkembangan kognitif lainnya dalam pengelompokan adalah menyusun menurut rangkaian atau urutan tertentu (sequence). Permainan yang menunjang hal ini contohnya bermain menyusun menara gelang.

Tahap perkembangan kognitif ini bila diasah dengan baik akan menghasilkan sistematika logika berpikir yang baik. Supaya lebih baik lagi, stimulasi yang kita berikan bisa juga dengan mengajak anak mengurutkan sesuatu sesuai yang kita contohkan. Misal, kita mengurutkan kubus, segitiga, lingkaran, silinder. Lalu, anak diminta untuk melanjutkan urutan tersebut dengan pola yang sama.

Efek yang bisa didapatkan oleh anak dengan pemberian stimulasi yang sangat sederhana ini adalah anak akan mampu dan mudah mengerti atau memahami aturan-aturan tertentu yang akan dia temui, mudah belajar membaca sebab kata-kata yang dibaca/ditulis terdiri atas susunan huruf dengan pola tertentu. Selain itu anak akan lebih mudah mencerna pelajaran yang berhubungan dengan bilangan, sebab sudah diperkenalkan dengan pengertian mana yang lebih kecil, lebih besar, dan seterusnya.

Yang perlu dipahami, untuk membuat permainan atau soal-soal seperti ini maka dituntut kreativitas. Semakin kreatif orangtua akan semakin berva-riasi cara belajar yang diterima anak. Tentu ini akan berban-ding lurus dengan manfaat yang diperoleh. Untuk sequence ini, buatlah permainan mengelompokkan benda berdasarkan urutan besar ke kecil, kecil ke besar, urutan warna, urutan bentuk, dan lainnya.
TIP-TIP PENTING

Dalam mengasah kemampuan kognitif anak usia prasekolah, ada beberapa hal yang penting diperhatikan orangtua seperti diungkap Mayke berikut ini:

* Hindari penggunaan kata-kata yang abstrak maupun yang bermakna ganda.

* Dalam mengenalkan konsep yang pertama kali, lebih baik kenalkan yang umum dulu dan sering dilihat anak sehari-hari. Contohnya, segala sesuatu yang ada di lingkungan rumah terlebih dulu.

* Selain itu, dalam menjelaskan sebuah konsep, terutama benda, mulailah dari fungsinya. Saat menjelaskan tentang "kursi", misal, kita memang harus memberikan penjelasan secara konkret (umpama, bentuknya persegi empat atau bulat, mempunyai empat kaki). Akan tetapi, penjelasan seperti itu akan lebih berarti jika terlebih dulu kita sampaikan fungsinya, "Kursi ini tempat duduk kita. Kursi yang panjang bisa juga dipakai untuk tiduran." Baru kemudian kita masuk ke bentuk konkret fisik si kursi. Stimulus mengenai fungsi sangat diperlukan anak yang belum terlalu menguasai bahasa. Bila kita memberikan penjabaran detail, kasihan si anak karena akan kesulitan menangkap dan mencernanya.

* Dalam mengenalkan konsep apa pun, selalu lakukan pengulangan.
tabloid-nakita

Post a Comment for "Mengintip perkembangan kognitif anak"