PENDIDIKAN SEKS: SEBUAH MISPERSEPSI

Sebagai sebuah lembaga pendidikan anak, kami tidak pernah berniat membekali anak didik dengan pengetahuan  memadai mengenai seks. Kami berfikir mereka masih anak-anak dan pada saatnya mereka akan belajar sendiri saat memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pengetahuan mengenai seksualitas akan lebih mengena bila diajarkan saat mereka memasuki masa remaja dan bukan saat masa kanak-kanak.

Rupanya pola pikir demikian perlu kami tinjau kembali, sebab rupanya anak-anak memasuki fase pubertas jauh lebih cepat dari yang kami duga. Dalam beberapa tahun saja sejak mereka meninggalkan bangku sekolah dasar, ternyata mereka sudah tampak cukup dewasa. Anak kelas II-III SLTP secara fisik maupun sikap dan perilakunya sudah tidak tampak lagi sebagai anak-anak. Mereka sudah remaja, bahkan jauh lebih dewasa dari yang kami duga.
Berdasarkan pengamatan kami terhadap anak-anak yang baru 1-2 tahun lulus dari sekolah dasar, sikap dan perilaku mereka sudah menunjukkan pola sikap dan perilaku remaja. Beberapa anak kelihatan begitu gemar bermain game online via facebook, tetapi beberapa lagi lebih banyak mengangkat tema dan problematika remaja.
Status mereka di halaman facebook tidak lagi merepresentasikan tema dan problematika anak-anak, melainkan tema remaja, seperti mengemukanya ungkapan-ungkapan tentang harapan terhadap hadirnya seorang kekasih, suasana hati yang berbunga-bunga, atau kekesalan akibat patah hati. Yang paling mengejutkan adalah mulai mengemukanya kasus-kasus asusila dan hamil di luar nikah pada anak yang masih teramat belia.
Mereka masih benar-benar anak-anak saat lulus dari sekolah dasar, tetapi begitu cepat berubah menjadi calon orang dewasa hanya beberapa tahun setelah masuk sekolah lanjutan. Masa pubertas ternyata datang begitu cepat lebih dari yang kami duga. Padahal kami sama sekali tidak mempersiapkan mereka untuk menyikapi masa pubertas dengan lebih bijaksana.
Karena itu, kami bisa memaklumi bila pada akhirnya ada sebagian anak yang tidak siap menghadapi godaan masa pubertas, sebab mereka terlalu lugu untuk menyongsong fase-fase kritis dalam perkembangan mental seorang anak. Ini menyadarkan kami betapa pendidikan seks tidak bisa diabaikan pada anak usia sekolah dasar. Mereka seharusnya dapat lebih siap mental dalam menyongsong berbagai persoalan yang tak mereka bayangkan sebelumnya.

Post a Comment for "PENDIDIKAN SEKS: SEBUAH MISPERSEPSI"