BAHASA GURU DALAM PENGUASAAN KELAS

Penguasaan kelas yang baik merupakan kebutuhan pokok dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan penguasaan kelas merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembelajaran efektif. Guru juga akan lebih mudah melaksanakan tugasnya bila berhasil menguasai kelas dengan baik.
Kunci utama penguasaan kelas yang baik adalah komunikasi efektif, yaitu kemampuan guru dalam mempengaruhi siswa melalui sikap dan ucapan yang mampu mensugesti siswa dan membuatnya bersikap dan melakukan sesuatu sesuai instruksi guru. Kemampuan komunikasi efektif bukan hanya berarti kepiawaian merangkai kata-kata atau ucapan (bahasa verbal), melainkan juga mencakup sikap dan tindak-tanduk guru (bahasa non-verbal).
Oleh karena itu penguasaan kelas yang baik membutuhkan kemampuan berkomunikasi efektif, baik berupa komunikasi verbal maupun non-verbal. Komunikasi verbal berarti rangkaian kata-kata yang secara efektif dapat dipahami dan diikuti oleh siswa, sedangkan komunikasi non-verbal merupakan serangkaian sikap yang membuat orang lain percaya, menghormati dan bersedia mendengar dan mengikuti.
SIKAP GURU

Penerapan komunikasi efektif dalam rangka penguasaan kelas dapat dilakukan dengan mengedepankan sikap atau bahasa non-verbal berikut.
1.    Wibawa
Kewibawaan merupakan sifat pembawaan pada sebagian orang, tetapi dapat berkembang seiring pengalaman, kematangan mental dan kesediaan untuk belajar. Kewibawaan dapat dibangun dengan mengembangkan sikap percaya diri, penggunaan suara bertekanan dan pandangan mata yang berwibawa.
a.    Percaya diri
Kepercayaan diri membuat seseorang mampu memancarkan kekuatan mental sehingga dapat mempengaruhi orang lain. Kepercayaan diri terbangun oleh kekuatan pikiran berupa keyakinan pada diri sendiri, pada kemampuan yang dimiliki, serta kemampuan untuk melakukan sesuatu.
Guru dapat menguasai kelas pertama-tama dengan membangun kepercayaan diri yang baik. Kepercayaan diri tersebut dibangun dengan cara:
1)    Menempatkan diri sebagai guru yang harus mampu mengatasi siswa,
2)    Meyakinkan diri sendiri dan menghilangkan keraguan bahwa dia mampu mengatasi keadaan yang dihadapi, mampu mengendalikan kelasnya dengan baik.
b.    Suara bertekanan
Setiap orang memiliki gaya berbeda-beda dalam bersuara. Perbedaan tersebut merupakan hal yang wajar, karena suara sekaligus menjadi pembeda orang satu dari yang lain. Ada orang yang bersuara tenor yang menggema atau sopran yang terdengar melengking. Perbedaan tersebut tidak menjadikan suara satu lebih efektif dibanding yang lain, sebab efektivitas komuninasi dengan suara tipe apapun ditentukan oleh isi pembicaraan dan kadar tekanannya.
Lingkungan keluarga merupakan faktor umum yang menentukan gaya bicara seseorang. Orang dari keluarga yang kurang percaya diri biasanya berbicara dengan tekanan suara ringan, datar atau bahkan lemah. Sebaliknya, orang dari keluarga yang terlatih untuk lebih percaya diri akan berbicara dengan tekanan suara lebih berat.
Status guru seharusnya mengubah nada suara seseorang menjadi suara bertekanan, yaitu suara yang memiliki kesan kuat, lebih berat dan tegas sehingga memiliki nilai sugestif atau harus didengar. Suara bertekanan tidak selalu berarti keras, apalagi kasar, tetapi suara yang mencerminkan kehendak yang kuat dari seseorang.  
c.    Pandangan mata
Banyak orang meyakini mata menunjukkan keadaan jiwa seseorang. Sedih, senang, bahagia, marah, suka, tidak suka, atau amarah selalu tercermin jelas pada mata. Demikian halnya dengan kepercayaan diri, ketegasan atau kelemahan jiwa seseorang juga tergambar pada bagaimana pandangan matanya.Mata juga merupakan alat komunikasi non verbal yang memungkinkan seseorang mengirimkan pesan tertentu pada orang lain.
Sikap guru dalam penguasaan kelas perlu ditunjang dengan ekspresi pandangan mata yang mencerminkan percaya diri dan terfokus pada seluruh siswa. Caranya, saat berbicara di depan kelas, guru melakukan kontak mata, yaitu mengarahkan focus padangan matanya pada mata siswa satu-persatu. Guru berkomunikasi tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dengan matanya.
Sekalipun tekniknya sederhana, tetapi ini bukan hal mudah untuk dilakukan dilakukan. Nada bicara mungkin bisa diubah keras, tetapi pandangan mata tidak mudah diubah kecuali seiring kondisi mental guru.
2.    Simpatik
Simpati merupakan sikap yang menunjukkan adanya sambung rasa, ikatan batin, dan kepedulian pada orang lain. Sikap simpati ditandai dengan adanya empati, perhatian penuh, kepedulian, dan kesediaan untuk mendengarkan. Setiap anak pada dasarnya suka diperhatikan, karena perhatian merupakan satu bentuk penghargaan. Penguasaan kelas yang baik menuntut guru mampu bersikap yang membuat siswa berharga dan diperhatikan.
Sikap simpati dalam penguasaan kelas ditunjukkan dengan menyebut nama siswa dengan penuh respek, mengarahkan fokus perhatian pada siswa, dan penggunaan ungkapan-ungkapan yang bernada positif dan menghormati. Ungkapan-ungkapan bernada keras dan intimidasi sama sekali bertolakbelakang dengan sikap simpatik.  
3.    Sugestif
Komunikasi dalam penguasaan kelas ditujukan dalam rangka mempengaruhi peserta didik. Bentuk komunikasi efektif yang dibutuhkan dalam hal ini adalah komunikasi yang sugestif, melalui ungkapan dan nada bicara yang mampu mempengaruhi siswa secara positif.
Ungkapan-ungkapan sugestif dapat dilakukan dalam bentuk sikap yang meyakinkan dan memberikan daya kejut yang baik. Di antara bentuknya adalah penggunaan yel-yel positif secara berulang-ulang, penekanan dan pengulangan kalimat dengan intonasi menarik.
Ungkapan dengan nada sugestif akan jauh lebih efektif bialamana dinyatakan dengan penuh percaya diri. Orang lain akan meyakini ucapan seseorang bilamana berbicara dinyatakan dengan penuh yakin dan percaya.
BAHASA GURU
Banyak guru mengumbar kata-kata untuk membuat anak didik mengikuti instruksi. Bahkan tidak jarang guru mengomel panjang lebar ketika instruksinya tidak didengar dan dipatuhi oleh siswa-siswanya. Cara itu tentu saja tidak efektif, di samping membuang energi. Siswa bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya dikehendaki oleh gurunya.
Oleh karena itu, komunikasi efektif dalam rangka penguasaan kelas perlu dilengkapi dengan menggunakan pilihan kata atau bahasa verbal yang efektif. Pada prinsipnya bahasa yang perlu dipakai oleh guru dalam pengendalian kelas mirip dengan militer, yaitu singkat, jelas, dan instruktif.
1.    Singkat dan jelas
Sebaiknya guru menggunakan ungkapan-ungkapan pendek yang mudah dimengerti oleh siswa dan mudah dilaksanakan. Semakin pendek dan jelas ungkapan yang digunakan akan semakin mudah siswa melaksanakan. Semakin panjang ungkapan digunakan, maka akan semakin kabur pesan yang diperoleh siswa.
2.    Instruktif
Banyak guru yang masih suka menggunakan bahasa himbauan dalam pengelolaan kelas. Akibatnya, banyak anak didik yang tidak memperhatikan. Pelajaran bahasa Indonesia yang menekankan bahasa efektif sering kali terlupakan saat guru melaksanakan pembelajaran, padahal itulah salah satu gunanya pelajaran ini diberikan di sekolah.
Bahasa dalam penguasaan kelas harus bersifat instruktif. Bahasa instruktif adalah ungkapan atau pernyataan sederhana bernada perintah yang tegas, misalnya: �Semua berdiri dalam hitungan lima! Satu, dua, �.� Bilamana siswa belum memperhatikan, guru mengulanginya dengan perintah yang sama, yel, energizer atau instruksi apapun yang membuat siswa berbuat sesuai instruksi.    

Post a Comment for "BAHASA GURU DALAM PENGUASAAN KELAS"