Memang bukan perkara mudah. Namun tak ada salahnya diajarkan sejak dini mengingat banyak manfaat positifnya.
Pernah lihat anak SD bahkan SLTP tak bisa menata pakaiannya? Lemarinya luar biasa amburadul. Kaos ditumpuk dengan celana dalam, seragam sekolah, bahkan baju tidur. Ibu pun jadi ngomel, "Sudah besar, nata lemari saja enggak bisa!" Padahal, seperti diutarakan psikolog Yunita P. Sakul, keterampilan menata lemari sudah bisa diajarkan pada anak usia 3-5 tahun. "Termasuk diarahkan menjaga kebersihan dan kerapiannya. Kalau tak diajari sejak dini, mungkin saja sampai besar pun ia tak bisa."
Karena itu, saran Yunita, sebaiknya anak prasekolah sudah diberi lemari sendiri kendati orang tua umumnya belum merasa perlu. "Paling cuma diacak-acak. Anak kecil mana bisa dikasih tanggung jawab?" Jelas, pendapat ini keliru. Dengan memberi si kecil lemari sendiri, kita bisa mengajarkan tanggung jawab dan kerapian. "Bahkan dengan melibatkannya seperti itu, ia akan hati-hati saat mengambil pakaian karena sadar akan konsekuensinya. Kalau main comot saja dan berantakan, kan, dia sendiri juga yang harus merapikan kembali."
Namun mengingat kemampuan kognitifnya yang masih terbatas, orang tua bisa membantunya membuatkan klasifikasi untuk aneka jenis barangnya. Misalnya, di rak paling bawah, tempel gambar kaus kaki yang berarti tempat menaruh kaus kaki. Lalu rak berikut diberi tempelan gambar baju dan celana dan seterusnya. "Dengan demikian, anak tak bingung mencari kaus kaki atau bajunya." Kendati sudah diajarkan mandiri, keterlibatan orang tua tetap diperlukan mengingat kemampuan anak yang belum optimal.
LAKUKAN BERTAHAP
Cara mengajarkannya juga dilakukan secara bertahap. Usai pakaian disetrika rapi, ajak anak memasukkannya ke dalam lemari. Lakukan sambil bermain agar menyenangkan. Misalnya, sambil memasukkan ke lemari pakaiannya, tanyakan, "Ini apa? Betul, kaus kaki. Apa warnanya? Nah, sekarang kita taruh di tempatnya. Mana yang gambarnya kaus kaki? Ya, betul di situ. Pandai sekali anak Ibu!" Besok-besok, minta ia melakukannya sambil tetap diawasi. Jika ia salah menempatkan, arahkan, "Lo, kok, topi ditaruh di tempat kaus kaki? Salah, dong." Jika sudah benar, jangan lupa beri pujian.
Ajarkan pula cara mengambil baju dengan benar. Misalnya, apa yang harus dilakukannya jika mau mengambil celana pendek yang terletak di tengah-tengah tumpukan.
Dengan cara bertahap dan sambil bermain, anak merasa senang dan tak terpaksa melakukannya. Lain, kan, reaksi anak jika kita langsung menyuruh dengan nada perintah atau memaksanya? Anak justru merasa terbebani dan menganggap aktivitas itu sebagai suatu hal yang membosankan.
Yang juga diperhatikan, bentuk lemari harus sesuai dengan kondisi tubuh dan tinggi anak. "Kalau kelewat tinggi dan anak harus naik kursi atau tangga, justru bahaya baginya." Jelaskan pula, fungsi lemari pakaian hanya untuk menaruh pakaian dan perlengkapan busana lain, bukan untuk menyimpan mainan atau barang lain. Jika ia, misalnya, menaruh permen, katakan, "Tempatnya bukan di sini, dong. Nanti kalau permennya lumer, baju dan topimu bisa kotor dan dirubung semut."
DAMPAK POSITIF
Ternyata banyak manfaat positif yang didapat anak dari kegiatan dan keterampilan ini. Antara lain,
* Klasifikasi
Anak belajar mengklasifikasikan barang-barangnya secara tertib dan teratur. "Kebiasaan ini kelak akan tertanam dalam diri anak hingga beranjak dewasa."
* Melatih Motorik
Motorik kasar, misalnya aktivitas membawa pakaian sambil berlari ke lemari dan meletakkan bajunya dengan benar. Sedangkan motorik halus dilatih dengan cara bagaimana ia menarik pintu lemari atau membuka kunci lemari.
* Disiplin & Mandiri
Anak juga diasah kedisiplinan dan kemandiriannya. Sehabis mandi, misalnya, orang tua bisa menyuruh anak untuk mengambil baju sendiri di lemarinya atau sehabis bajunya rapi disetrika, diminta meletakkannya di lemari. "Anak tahu itu tugasnya. Bukan tugas pengasuh, juga bukan tugas ibu."
* Menghargai kepemilikan
Ia menghargai miliknya, milik kakak, orang tua, dan sebagainya. Ia pun tak mau mengacak-acak isi lemari milik orah lain.
* Menjalin kedekatan
Mengajarnya sambil bermain, berarti sekaligus menjalin kedekatan hubungan ibu-anak.
Sediakan 3 Lemari
Sebaiknya mainan, pakaian, dan bacaan disimpan dalam lemari terpisah. Letaknya juga harus diatur sedemikian rupa, misal lemari pakaian di kamar, sedangkan lemari mainan dan bacaan diletakkan di ruang keluarga. Berikan anak tanggung jawab untuk mengatur barang-barangnya sesuai jenisnya masing-masing.
Walaupun demikian, semuanya tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kemampuan orang tua, misal jika buku-buku atau mainannya tidak terlalu banyak, maka mainan dan buku bisa disatukan dalam sebuah lemari, hanya dalam rak yang berbeda.
Memilih & Mengatur Lemari Anak
1. Jangan membuat laci-laci yang sulit dibuka. Lemari berkunci juga tidak disarankan. Lebih baik pilih pintu lemari yang dapat sekali dibuka tapi anak bisa mengambil barang dari rak-rak tersebut. Bisa juga pintu lemarinya terbuat dari kain supaya mudah dibuka tutup, karena motorik halus di usia di usia prasekolah masih belum berkembang.
2. Carilah bentuk lemari yang sederhana, jangan yang terlalu mewah seperti lemari berukir, yang akan ditempeli banyak debu di lekuk-lekuk ukirannya.
3. Sesuaikan tinggi lemari dengan tinggi anak sehingga barang-barang di dalamnya mudah dijangkau.
4. Gunakan warna-warni yang cerah sehingga anak tertarik. Lebih bagus bila anak ditanya juga tentang warna pilihannya. Tentunya tetap dalam pengarahan orang tua agar warna lemari tetap terlihat indah.
5. Bisa digunakan hanger (gantungan) kecil yang sesuai dengan tangan anak.
6. Sebaiknya jangan lengkapi lemari dengan cermin, baik terpisah maupun terpasang di lemari, karena dikhawatirkan bisa pecah secara tidak sengaja oleh anak dan pecahannya akan melukai anak.
7. Jangan campurkan barang-barang yang mudah rusak, seperti CD atau VCD ke dalam lemari, karena khawatir patah atau tergores.
8. Biarkan anak menghiasi lemarinya dengan pernak-pernik yang mereka sukai, seperti gambar bunga atau stiker pahlawan kartun favorit mereka, asalkan jangan dicoret-coret.
tabloid-nakita
Pernah lihat anak SD bahkan SLTP tak bisa menata pakaiannya? Lemarinya luar biasa amburadul. Kaos ditumpuk dengan celana dalam, seragam sekolah, bahkan baju tidur. Ibu pun jadi ngomel, "Sudah besar, nata lemari saja enggak bisa!" Padahal, seperti diutarakan psikolog Yunita P. Sakul, keterampilan menata lemari sudah bisa diajarkan pada anak usia 3-5 tahun. "Termasuk diarahkan menjaga kebersihan dan kerapiannya. Kalau tak diajari sejak dini, mungkin saja sampai besar pun ia tak bisa."
Karena itu, saran Yunita, sebaiknya anak prasekolah sudah diberi lemari sendiri kendati orang tua umumnya belum merasa perlu. "Paling cuma diacak-acak. Anak kecil mana bisa dikasih tanggung jawab?" Jelas, pendapat ini keliru. Dengan memberi si kecil lemari sendiri, kita bisa mengajarkan tanggung jawab dan kerapian. "Bahkan dengan melibatkannya seperti itu, ia akan hati-hati saat mengambil pakaian karena sadar akan konsekuensinya. Kalau main comot saja dan berantakan, kan, dia sendiri juga yang harus merapikan kembali."
Namun mengingat kemampuan kognitifnya yang masih terbatas, orang tua bisa membantunya membuatkan klasifikasi untuk aneka jenis barangnya. Misalnya, di rak paling bawah, tempel gambar kaus kaki yang berarti tempat menaruh kaus kaki. Lalu rak berikut diberi tempelan gambar baju dan celana dan seterusnya. "Dengan demikian, anak tak bingung mencari kaus kaki atau bajunya." Kendati sudah diajarkan mandiri, keterlibatan orang tua tetap diperlukan mengingat kemampuan anak yang belum optimal.
LAKUKAN BERTAHAP
Cara mengajarkannya juga dilakukan secara bertahap. Usai pakaian disetrika rapi, ajak anak memasukkannya ke dalam lemari. Lakukan sambil bermain agar menyenangkan. Misalnya, sambil memasukkan ke lemari pakaiannya, tanyakan, "Ini apa? Betul, kaus kaki. Apa warnanya? Nah, sekarang kita taruh di tempatnya. Mana yang gambarnya kaus kaki? Ya, betul di situ. Pandai sekali anak Ibu!" Besok-besok, minta ia melakukannya sambil tetap diawasi. Jika ia salah menempatkan, arahkan, "Lo, kok, topi ditaruh di tempat kaus kaki? Salah, dong." Jika sudah benar, jangan lupa beri pujian.
Ajarkan pula cara mengambil baju dengan benar. Misalnya, apa yang harus dilakukannya jika mau mengambil celana pendek yang terletak di tengah-tengah tumpukan.
Dengan cara bertahap dan sambil bermain, anak merasa senang dan tak terpaksa melakukannya. Lain, kan, reaksi anak jika kita langsung menyuruh dengan nada perintah atau memaksanya? Anak justru merasa terbebani dan menganggap aktivitas itu sebagai suatu hal yang membosankan.
Yang juga diperhatikan, bentuk lemari harus sesuai dengan kondisi tubuh dan tinggi anak. "Kalau kelewat tinggi dan anak harus naik kursi atau tangga, justru bahaya baginya." Jelaskan pula, fungsi lemari pakaian hanya untuk menaruh pakaian dan perlengkapan busana lain, bukan untuk menyimpan mainan atau barang lain. Jika ia, misalnya, menaruh permen, katakan, "Tempatnya bukan di sini, dong. Nanti kalau permennya lumer, baju dan topimu bisa kotor dan dirubung semut."
DAMPAK POSITIF
Ternyata banyak manfaat positif yang didapat anak dari kegiatan dan keterampilan ini. Antara lain,
* Klasifikasi
Anak belajar mengklasifikasikan barang-barangnya secara tertib dan teratur. "Kebiasaan ini kelak akan tertanam dalam diri anak hingga beranjak dewasa."
* Melatih Motorik
Motorik kasar, misalnya aktivitas membawa pakaian sambil berlari ke lemari dan meletakkan bajunya dengan benar. Sedangkan motorik halus dilatih dengan cara bagaimana ia menarik pintu lemari atau membuka kunci lemari.
* Disiplin & Mandiri
Anak juga diasah kedisiplinan dan kemandiriannya. Sehabis mandi, misalnya, orang tua bisa menyuruh anak untuk mengambil baju sendiri di lemarinya atau sehabis bajunya rapi disetrika, diminta meletakkannya di lemari. "Anak tahu itu tugasnya. Bukan tugas pengasuh, juga bukan tugas ibu."
* Menghargai kepemilikan
Ia menghargai miliknya, milik kakak, orang tua, dan sebagainya. Ia pun tak mau mengacak-acak isi lemari milik orah lain.
* Menjalin kedekatan
Mengajarnya sambil bermain, berarti sekaligus menjalin kedekatan hubungan ibu-anak.
Sediakan 3 Lemari
Sebaiknya mainan, pakaian, dan bacaan disimpan dalam lemari terpisah. Letaknya juga harus diatur sedemikian rupa, misal lemari pakaian di kamar, sedangkan lemari mainan dan bacaan diletakkan di ruang keluarga. Berikan anak tanggung jawab untuk mengatur barang-barangnya sesuai jenisnya masing-masing.
Walaupun demikian, semuanya tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kemampuan orang tua, misal jika buku-buku atau mainannya tidak terlalu banyak, maka mainan dan buku bisa disatukan dalam sebuah lemari, hanya dalam rak yang berbeda.
Memilih & Mengatur Lemari Anak
1. Jangan membuat laci-laci yang sulit dibuka. Lemari berkunci juga tidak disarankan. Lebih baik pilih pintu lemari yang dapat sekali dibuka tapi anak bisa mengambil barang dari rak-rak tersebut. Bisa juga pintu lemarinya terbuat dari kain supaya mudah dibuka tutup, karena motorik halus di usia di usia prasekolah masih belum berkembang.
2. Carilah bentuk lemari yang sederhana, jangan yang terlalu mewah seperti lemari berukir, yang akan ditempeli banyak debu di lekuk-lekuk ukirannya.
3. Sesuaikan tinggi lemari dengan tinggi anak sehingga barang-barang di dalamnya mudah dijangkau.
4. Gunakan warna-warni yang cerah sehingga anak tertarik. Lebih bagus bila anak ditanya juga tentang warna pilihannya. Tentunya tetap dalam pengarahan orang tua agar warna lemari tetap terlihat indah.
5. Bisa digunakan hanger (gantungan) kecil yang sesuai dengan tangan anak.
6. Sebaiknya jangan lengkapi lemari dengan cermin, baik terpisah maupun terpasang di lemari, karena dikhawatirkan bisa pecah secara tidak sengaja oleh anak dan pecahannya akan melukai anak.
7. Jangan campurkan barang-barang yang mudah rusak, seperti CD atau VCD ke dalam lemari, karena khawatir patah atau tergores.
8. Biarkan anak menghiasi lemarinya dengan pernak-pernik yang mereka sukai, seperti gambar bunga atau stiker pahlawan kartun favorit mereka, asalkan jangan dicoret-coret.
tabloid-nakita
Post a Comment for "AJARI ANAK MENATA LEMARINYA SENDIRI"