Tahukah, anada? Proses tumbuh kembang balita merupakan momen istimewa yang penuh dengan berbagai peristiwa yang menakjubkan. Mam dan Pap juga memegang peranan sangat penting dalam menentukan keberhasilan setiap tahap perkembangan psikologi anak usia dini di masa prasekolah.
Perhatian dan pemberian stimulasi yang tepat di periode ini akan berpengaruh terhadap kehidupan si kecil di masa depan. Selama periode ini, segala aspek perkembangan anak akan berlangsung sangat pesat; mulai dari aspek fisikmotorik, kognitif (intelektual), psikologis, sosial, bahasa, moral, hingga keagamaan. Penting untuk dipahami bahwa proses perkembangan yang pesat ini hanya terjadi pada rentang usia 0-8 tahun.
Maria Montessori, ahli pendidikan anak, berpendapat usia 3-6 tahun adalah masa sensitif bagi tumbuh kembang anak. Menurutnya, anak pada periode ini perlu mendapat rangsangan dan pengarahan tepat agar perkembangannya berjalan baik. Dalam hal perkembangan berbicara, misalnya, jika tidak mendapat stimulasi yang tepat di periode ini, kemampuan berbahasa anak akan terhambat. Akibatnya, anak akan kesulitan melanjutkan proses perkembangan pada fase selanjutnya.
Perkembangan Psikologi Anak Usia Dini saat Masa Prasekolah
Pada awal kehidupannya, si kecil tentu bergantung pada Mam untuk memenuhi kebutuhannya. Seiring bertambahnya usia si kecil, Mam pun akan melatihnya untuk menjadi lebih mandiri, terutama dalam pemenuhan kebutuhannya sehari-hari seperti makan, minum, buang air kecil dan besar, berpakaian, dan lain-lain. Selain itu, perkembangan personal atau perkembangan psikologi anak pun turut mengalami perkembangan.
Erik Erikson, seorang ahli psikoanalisis dari Jerman, membagi tahap perkembangan jiwa manusia ke dalam delapan tahap. Tiga tahap pertama berlangsung di masa kanak-kanak (0-6 tahun), dan sangat dipengaruhi bimbingan dan dukungan orang tua. Berikut adalah tahap perkembangan psikologi anak usia dini dari tahun ke tahun menurut Erikson.
Trust vs Mistrust (usia 0-1 tahun)
Perkembangan psikologi anak yang berlangsung di tahap ini adalah tentang pengembangan rasa percaya diri. Pada awal kehidupannya, bayi sangat tergantung pada pengasuh utamanya (orang tua, nenek, babysitter, dsb). Ia akan belajar memercayai lingkungannya melalui pengalaman yang berkaitan dengan pemenuhan berbagai kebutuhan dasarnya.
Rasa percaya (trust) tersebut akan timbul saat bayi merasa kebutuhan dasarnya telah dipenuhi oleh pengasuh utamanya, baik dalam hal biologis maupun kasih sayang. Bayi yang sering diperhatikan, disentuh, dan dipeluk akan merasa aman dan selalu terlindungi.
Sebaliknya, bayi yang jarang disentuh atau dipeluk akan merasa dirinya tidak diperhatikan dan kebutuhan dasarnya tidak dipenuhi oleh pengasuh utamanya. Ia akan membentuk rasa tidak percaya (mistrust) terhadap orang-orang terdekatnya dan merasa dunia adalah tempat yang kejam untuk bertumbuh dan berkembang.
Autonomy vs Shame and Doubt (usia 2-3 tahun)
Memasuki usia 1 tahun, anak sudah mengembangkan rasa trust ataupun mistrust terhadap pengasuh utamanya. Perasaan ini turut memengaruhi perkembangan psikologi anak, serta proses perkembangan motorik dan kognitif yang berlangsung pada fase batita.
Di tahapan usia ini, si kecil memang memiliki hasrat belajar atau eksplorasi yang tinggi. Anak yang memercayai pengasuhnya akan merasa lebih percaya diri dalam mengeksplorasi lingkungan maupun kemampuannya.
Sebagai pengasuh utama, orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak agar melalui proses tersebut sesuai dengan cara dan keinginannya. Bila orang tua berhasil mendorong anak bereksplorasi sambil disertai dengan pengawasan yang cukup dan bijaksana, anak akan mampu mengembangkan sifat mandiri (autonomy).
Sebaliknya, anak yang terlalu banyak dilarang akan merasa tidak percaya diri dan selalu ragu-ragu akan kemampuannya sendiri (shame and doubt). Ia juga cenderung kesulitan untuk bertahan hidup dan tidak percaya dengan lingkungannya.
Initiative vs Guilt (4-5 tahun)
Perkembangan psikologi anak yang terjadi di tahap ini melibatkan kegiatan sosialisasi yang lebih intens. Pada tahap usia ini, si kecil biasanya sudah memasuki playgroup atau TK dan mulai mengenal dunia yang lebih luas di luar rumah dan keluarga. Tidak heran jika ia kemudian menjadi senang bertanya mengenai segala hal sehingga terkesan cerewet.
Sikap banyak bertanya ini merupakan hal yang positif dan menandakan anak tertarik bereksplorasi. Anak akan merasa dirinya mampu melakukan sejumlah aktivitas tanpa terikat orang tuanya.
Dalam menghadapi fase ini, Mam sebaiknya bersikap bijaksana, antara lain dengan memberikan waktu untuk menjawab pertanyaan anak atau mendukung si kecil bereksperimen. Dengan begitu, si kecil akan mengembangkan kemampuan mengambil inisiatif, baik dalam memilih suatu tindakan maupun menghadapi masalah di sekitarnya (initiative). Anak yang sering dilarang bermain atau dimarahi karena banyak bertanya akan merasa bersalah (guilt) dan mudah gelisah.
Mam tentu ingin si kecil tumbuh menjadi pribadi yang baik dan diterima lingkungannya, bukan? Agar tahap perkembangan psikologi anak berlangsung optimal, Mam perlu memahami karakteristik dan dunia si kecil. Mulailah kenali pribadi si kecil dengan baik dan jadilah sahabat terdekatnya ya, Mam. Dengan begitu, Mam dapat memberikan bimbingan yang memadai untuk mendukung tumbuh kembang si kecil.
Sebaliknya, bayi yang jarang disentuh atau dipeluk akan merasa dirinya tidak diperhatikan dan kebutuhan dasarnya tidak dipenuhi oleh pengasuh utamanya. Ia akan membentuk rasa tidak percaya (mistrust) terhadap orang-orang terdekatnya dan merasa dunia adalah tempat yang kejam untuk bertumbuh dan berkembang.
Autonomy vs Shame and Doubt (usia 2-3 tahun)
Memasuki usia 1 tahun, anak sudah mengembangkan rasa trust ataupun mistrust terhadap pengasuh utamanya. Perasaan ini turut memengaruhi perkembangan psikologi anak, serta proses perkembangan motorik dan kognitif yang berlangsung pada fase batita.
Di tahapan usia ini, si kecil memang memiliki hasrat belajar atau eksplorasi yang tinggi. Anak yang memercayai pengasuhnya akan merasa lebih percaya diri dalam mengeksplorasi lingkungan maupun kemampuannya.
Sebagai pengasuh utama, orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak agar melalui proses tersebut sesuai dengan cara dan keinginannya. Bila orang tua berhasil mendorong anak bereksplorasi sambil disertai dengan pengawasan yang cukup dan bijaksana, anak akan mampu mengembangkan sifat mandiri (autonomy).
Sebaliknya, anak yang terlalu banyak dilarang akan merasa tidak percaya diri dan selalu ragu-ragu akan kemampuannya sendiri (shame and doubt). Ia juga cenderung kesulitan untuk bertahan hidup dan tidak percaya dengan lingkungannya.
Initiative vs Guilt (4-5 tahun)
Perkembangan psikologi anak yang terjadi di tahap ini melibatkan kegiatan sosialisasi yang lebih intens. Pada tahap usia ini, si kecil biasanya sudah memasuki playgroup atau TK dan mulai mengenal dunia yang lebih luas di luar rumah dan keluarga. Tidak heran jika ia kemudian menjadi senang bertanya mengenai segala hal sehingga terkesan cerewet.
Sikap banyak bertanya ini merupakan hal yang positif dan menandakan anak tertarik bereksplorasi. Anak akan merasa dirinya mampu melakukan sejumlah aktivitas tanpa terikat orang tuanya.
Dalam menghadapi fase ini, Mam sebaiknya bersikap bijaksana, antara lain dengan memberikan waktu untuk menjawab pertanyaan anak atau mendukung si kecil bereksperimen. Dengan begitu, si kecil akan mengembangkan kemampuan mengambil inisiatif, baik dalam memilih suatu tindakan maupun menghadapi masalah di sekitarnya (initiative). Anak yang sering dilarang bermain atau dimarahi karena banyak bertanya akan merasa bersalah (guilt) dan mudah gelisah.
Mam tentu ingin si kecil tumbuh menjadi pribadi yang baik dan diterima lingkungannya, bukan? Agar tahap perkembangan psikologi anak berlangsung optimal, Mam perlu memahami karakteristik dan dunia si kecil. Mulailah kenali pribadi si kecil dengan baik dan jadilah sahabat terdekatnya ya, Mam. Dengan begitu, Mam dapat memberikan bimbingan yang memadai untuk mendukung tumbuh kembang si kecil.
Post a Comment for "Dukung Perkembangan Psikologi Anak Usia Dini Masa Prasekolah "